Hasil penelitian menunjukkan bahwa penentuan awal shalat fardu dilakukan berdasarkan posisi matahari terhadap bumi di suatu tempat. Rotasi dan revolusi bumi sangat berpengaruh terhadap bumi itu sendiri. sejalan dengan hal tersebut rotasi dan revolusi bumi juga sangat mempengaruhi posisi matahari yang menjadi dasar penentuan awal waktu shalat fardu khususnya di Kab. Takalar. oleh karena itu dibutuhkan data dengan akurasi yang teliti untuk menghitung awal waktu shalat fardu disamping memperhatikan fenomena alam. Dalam hal ini dibutuhkan data lintang dan bujur tempat, deklinasi, matahari, equation, of time serta ihtiyat. Di daerah Takalar sendiri telah banyak jadwal waktu shalat yang beredar, namum beberapa diantaranya telah sesuai dengan metode perhitungan waktu hisab. Meskipun terdapat jadwal yang telah sesuai dengan metode ilmu hisab, namun beberapa di atasnya terjadi perbedaan metode, disebabkan sistem dan pengolahan data.